Lahir di Solo, pernah 8 tahun tinggal di Bali. Pensiunan abadi sekaligus Web Programmer & owner di Gravis Web Design, juragan CeritaInspirasi.net, PEPeku.com, IlmuPengetahuan.org, Akun.biz, Travelindonesia.org, dan puluhan web lainnya. iOS & Android apps developer, PHP & jQuery engineer, UI designer, tukang foto keliling, hobi maen drum & kibor, internet marketer & SEO master (katanya), writer & editor buku, servis TV & radio, benerin genteng, gali sumur, tukang pijet, serta beberapa side job gak penting lain. Biasanya naik sepeda gayung atau malah jalan kaki. Hobi keliling Indonesia, bongkar-pasang komputer, penikmat seni, suka hal-hal baru, absolutely free-man, dan yang penting suka sambel dan masakan Jawa.
Seorang lelaki, secangkir kopi, dan lamunan sore hari
Aku ingat betul, beberapa tahun lalu, saat aku pernah duduk satu bangku dengan orang itu di sebuah warung hik di daerah Kauman Solo. Waktu itu penampilannya masih agak-agak culun gitu, tapi yang membuatku masih ingat sampai sekarang, ya, jenggot plus celana tiga per empatnya itu. Kita memang temen lama, bukan temen deket, bukan pula temen sekolah, hanya kenal karena dia adalah temen dari temenku.
Sambil menyeruput teh anget, seperti biasa, dia mulai berceloteh tentang ini dan itu.. seperti setengah mengajari, dia mulai berceramah tentang kejamnya perlakuan ‘mereka’ kepada ‘kita’ di negeri timur tengah sono.. pun dia juga menuturkan bagaimana keji dan dzolimnya pemerintah kepada ‘kita’, “Maka kita harus berjuang!” Sambil mengepalkan tangannya dia selalu berseru demikian. “Mereka harus ditumpas! dengan segenap jiwa dan raga kita..” juga tak lupa dia ucapkan di setiap akhir kalimat. Berbagai sebutan seperti Anjing, Babi, (dan seabreg hewan lain) juga dia gelarkan pada sesamanya di sana..
“Dasar sinting!” hanya itu yang terlontar dari mulutku jika teringat pembicaraan dengan orang itu. Apalagi saat teringat dia berbicara mengenai kejamnya perlakuan ‘golongan lain’ terhadap ‘kita’ pada berbagai kerusuhan dan kehidupan sehari-hari di Indonesia.. eh, apa gak kebalik tuh??
Yang jelas dia berusaha menanamkan ideologi (atau entah apa namanya) pada otak dan hatiku. TIDAK! nurani dan egoku menolak itu semua.. dia mengajakku untuk membenci sesuatu yang sama sekali aku tidak tahu. Jujur, saya sama sekali tidak menemui ‘kasih’ dari pancaran matanya yang kosong melompong itu.. tanpa ekspresi.. seperti robot.. seperti tidak bernyawa.. seperti mati.. Entah software apa yang sudah diinstall di otaknya sehingga cara pikirnya jadi seperti itu. Mungkin ini juga sebuah alasan yang simpel kenapa nuraniku selalu mengeluarkan sinyal ‘bahaya’ saat aku berdekatan dengannya.
Terus terang saya lebih tertarik pada interospeksi dari pada sekedar serangan yang membabi buta.. yang dipicu oleh emosi.. dan melulu atas dasar kebencian serta dendam.. bukannya kasih! Karena semua itu hanya membuat saya makin bodoh dan bodoh.. Setiap akibat pasti ada sebab.. sedemikian pula sebaliknya.
Yup.. aku tahu, ‘kita’ masih tertindas.. kita masih terinjak-injak.. dan gak usah jauh-jauh sampai ke negeri sono.. Lihat aja di sekeliling. Di setiap jengkal negeri ini, ‘kita’ masih terpuruk.. bukan oleh kekejaman rezim atau golongan lain, tetapi tertindas oleh kemiskinan, diinjak-injak oleh kebodohan, dilempar-lempar oleh kemelaratan, terperosok di lubang korupsi, bahkan oleh sampah ideologi keliru yang selalu berusaha menyeruak masuk ke sendi-sendi hati dan pikiran. Sampah yang kelak berubah menjadi virus dan menghancurkan norma dan jati diri beragama dan berbangsa..
That’s why.. saya lebih tertarik untuk menjadi self warrior untuk itu semua.. setidaknya untuk memenuhi panggilan hati untuk melawan iblis-iblis di udara yang mulai mengaktualisasikan dirinya dalam setiap keterpurukan manusia negeri ini..
Maaf, otak dan hati saya tidak dirancang untuk melawan manusia.. tetapi melawan setan.. terutama setan yang tak henti-hentinya membujuk manusia untuk menjauhi, membenci, bahkan menyakiti sesamanya..
.
pertamaaxx… yes! yes! :p
“Setiap akibat pasti ada sebab..” setujuu!! sebelum menyoroti orang lain lebih baik intropeksi diri sendiri dulu…
setuju mas.. ada banyak orang yang berusaha membuat kekacauan dengan cara yang macem2..
KASIH DAN KEBENCIAN dulunya adalah saudara kembar.
mereka terpisah karena masing2 mengikuti gurunya.
kebencian akhirnya mengikuti jejak ”iblis”
sedangkan kasih memilih untuk menjaga ”kedalaman” hati nurani manusia.
sesekali kebencian datang menjenguk saudara kembarnya dan berkata;
”tempatmu begitu sejuk” dan ”mendamaikan”
Keren Blognya nya sobat, minimalis tapi klhatan elegant dengan Loading yang super kencang…
begitu beratnya menilai diri sendiri ketimbang menilai orang lain… karena sesungguhnya memang berat berjuang melawan ketidakbenaran dalam diri sendiri… Salam sahabat dari Balikpapan
adoh! kok burem begini Mas… blog nya. 🙂
Satu basis pemikiran yang sama ternyata. Nga bilang punya blog baru *Ngambek*
Hahahahaha.. negtawain Syafwan, ngambek. Ayo, Wan, ngambeknya sampe di mana…??? Mbak dukung.
Tulisan yang sangat lain dari kebanyakan. Setuju, Mas! mana lombanya….????
Pengenalan dan pendidikan terhadap diri sendiri, jadi awal terciptanya ketenangan dan kejernihan hati, yang akan memberi andil besar dalam terwujudnya masyarakat yang adil, tenteram dan sejahtera.
Apa itu warung hik…?
mantaf banget blog barunya..
well.. stuju banget sama penulis ^_^
Saya sangat setuju dengan pendapat mu sob, dari pada kritik tanpa solusi, lebih baik koreksi diri.
salam kenal,….
izin berkunjung disini…
serba putih yak….
YAH GAN ……… INSTROPEKSI LEBIH BERHARGA DARIPADA BALAS DENDAM ….. “KITA” DI CIPTAKAN BUKAN UNTUK SALING SERANG DAN MENYAKITI…. TETAPI LEBIH KEPADA BAGAIMANA MEMBINA HUBUNGAN ANTARA SESAMA DAN ANTARA TUHAN ….. WELDON ….. SUPPORT BUAT PENULIS NA…… 🙂
mantab… iya aku sendiri jg sering ketemu dan di khotbah i sama orang2 ‘kaya gitu’ yg merasa tahu dan kenal setiap sisi/orang/strategi pemerintahan yg terselubung yg katanya busuk2 itu… tapi ya kita sendiri toh jg hanya bisa nuntut tp gak bisa merubah. katanya embah : “kalo mau merubah dunia ato suatu bangsa.. awalilah dr merubah diri sendiri”