Lahir di Solo, pernah 8 tahun tinggal di Bali. Pensiunan abadi sekaligus Web Programmer & owner di Gravis Web Design, juragan CeritaInspirasi.net, PEPeku.com, IlmuPengetahuan.org, Akun.biz, Travelindonesia.org, dan puluhan web lainnya. iOS & Android apps developer, PHP & jQuery engineer, UI designer, tukang foto keliling, hobi maen drum & kibor, internet marketer & SEO master (katanya), writer & editor buku, servis TV & radio, benerin genteng, gali sumur, tukang pijet, serta beberapa side job gak penting lain. Biasanya naik sepeda gayung atau malah jalan kaki. Hobi keliling Indonesia, bongkar-pasang komputer, penikmat seni, suka hal-hal baru, absolutely free-man, dan yang penting suka sambel dan masakan Jawa.
Seorang lelaki, secangkir kopi, dan lamunan sore hari
Woow.. judul yang cukup menggelegar. π Hehe.. aku memang mau cerita mengenai perbedaan antara seniman dan bisnisman. Sebuah paradigma yang akhir-akhir ini sering muncul, baik dalam obrolan di wedangan, rapat RW, hingga social network.
Ada tipe-tipe orang yang biasanya menganggap dirinya seniman / artist saja, sedangkan golongan yang lain lebih bangga jika dianggap sebagai bisnisman. Perdebatan sering muncul karena perbedaan dua tipe karakter ini. Dua karakter yang sangat bertentangan, baik dalam pola pikir hingga cara pandangnya. Pentingkah dibahas? PENTING! kalo aku lihat, banyak sekali pertemanan, organisasi, perusahaan, hingga keluarga ancurΒ karena kurang bisa memanajemen dan mengakomodir secara baik dua tipe manusia ini.
Yup, dalam kehidupan nyata memang tidak ada hitam atau putih, tidak ada yang 100% seniman atau 100% bisnisman. Cuma lebih condong ke arah mana seseorang itu berakar. Hal ini bisa karena pengaruh keluarga, lingkungan, pertemanan, pendidikan, buku yang dia baca, prinsip yang dipegang, ideologi, dan berbagai hal lain.
Sebenernya, ‘bisnis’ pun juga merupakan ‘seni’, pernah denger istilah “Seni Berbisnis” kan? Yup! ‘bisnis’ juga merupakan seni yang membutuhkan ‘bakat’ untuk melakukannya. Gak semua orang ‘bisa’. Bisnis itu butuh kreativitas, ide, insting, dan feeling, gak cuman main skill dan analisa logika doang.
Lalu, pernah denger istilah “Seniman Profesional” atau “Pekerja Seni” atau “Bisnis Seni” kan? Yup! ‘Seni’ bisa sebagai ‘bisnis’ sekaligus ‘profesi’, yang juga membutuhkan perencanaan, strategi, ‘harga’, profesionalitas, dan berbagai unsur lain yang notabene ranah bisnis.
Apa saja perbedaan antara seniman dan bisnisman?
Bisnisman | Seniman | |
Otak | Lebih dominan otak kiri | Lebih dominan otak kanan |
Aturan | Semua harus sesuai dengan tatanan yang ada | Emang gue pikirin |
Andalan | Logika, strategi, riset, dan perencanaan | Insting, perasaan, ide, dan kreativitas |
Efektifitas | Yang penting ngirit, cepet, murah, dan efisien, biar segera jadi duit. Jelek urusan belakangan. | Yang penting hasilnya luar biasa, kalaupun bikinnya lama atau mahal itu urusan belakangan |
Sukses itu? | Banyak duit, punya mobil sepuluh, rumah lima | Bisa menjadi maestro, yang menghasilkan karya-karya terkenal yang disukai banyak orang. |
Siapa aku? | Aku adalah aku, aku tahu betul siapa aku. | Aku orang bebas, aku bisa jadi apa aja yang aku mau |
Penampilan | Harus rapi, kalo perlu kemana-mana pake jas, biar dianggep sukses. | Pake apa aja gak masalah, yang penting nyaman, kalo perlu gak pake baju ya gak papa. |
Memberi itu? | Investasi, kelak harus ada hasil yg dipanen, entah di dunia atau akherat. Emang ada yang gratis? | Kalo ngasih ya ngasih aja. Yang penting hepi. |
Cinta itu? | Keputusan! syarat dan ketentuan berlaku. Urusan hak dan kewajiban. | Kalo cinta ya cinta aja. Apapun gak masalah, yang penting enjoy. |
Pemasaran | Yang penting murah dan laku keras | Yang penting detil dan kualitasnya, gak laku ya biarin, ntar aku pakai sendiri. |
Cara pikir | cenderung materialis | cenderung idealis |
Ada masalah | Bikin riset, kumpulkan data, selesaikan secepatnya, apapun caranya | Udahlah, dihadapi aja, gitu aja kok repot. |
Rencana | Semua harus terencana, keluar rencana berarti gagal | Yang penting dijalani dulu, rencana urusan belakangan. |
Kerja itu? | Ngantor! Berangkat pagi pulang sore. | Bisa di rumah, di kantor, di pinggir pantai, terserah gue donk! tengah malam pun gak masalah asal moodnya bagus. |
Foto Profil Fesbuk | Pakai kemeja & dasi, jika perlu belakangnya ada mobilnya | Kaos aja deh.. kalo perlu pas sambil lagi gimana gitu.. pokoknya yg kreatif! |
Dari tabel di atas, mana yang lebih keren? sebelah kiri atau kanan? dimanakah posisi kita? Bisnisman atau seniman? Lalu mana yang lebih baik?
Kalo menurut indra ke-enam gue (haiyah), terlalu ngotot untuk menjadi ekstrim pada salah satu sisi adalah hal yang paling geblek sedunia. Gak ada yang lebih baik dan gak ada yang lebih jelek, semua harus sesuai dengan situasinya. Aku harus bisa berdiri di ‘atas’ kedua sisi itu, bukan di ‘bawah’ salah satunya. Parahnya, sistem pendidikan (sepertinya) cenderung mengarahkan seseorang pada sisi kiri pada tabel di atas. Pas baru-baru ini aja mulai pada dibenerin.
Sebagai manusia, yang notabene adalah cipataan-Nya yang paling sempurna, aku percaya bahwa aku punya kuasa untuk menjadi di ‘atas’ dua tipe tersebut. Harus tahu kapan pakai perasaan kapan pake logika. Harus tau kapan berorientasi pada efektifitas dan kapan pada efisiensi. Paham kapan harus rapi dan kapan harus bugil.. π (eh masak mau ke pantai pakai jas dan sepatu? boleh percaya boleh gak, tapi gue sering liat orang salah kostum di pantai).
Yah memang ‘susah’ untuk bisa berdiri di ‘atas’ keduanya. Aku sendiri cenderung lebih ke arah ‘seniman’. Bisa ditebak, kadang ada benturan di sana-sini. Tapi menurutku semua bisa dipelajari.. dan sampai hari ini aku masih terus belajar meng-atas-si dua sisi tersebut.. menjadi statis sekaligus dinamis..Β antara seniman dan bisnisman.. antara logika dan perasaan.. antara aku …dan kamu. ^^
Aku sering engkel engkelan masalah iki haha. tibake emang cara pandangnya berbeda. Bahkan aku iso benci banget sama orang yg aku cintai cuma gara gara beda cara pikir haha.. Pantesan aku jomblo huahahahha.. Curhat! Seniman kalau curhat gak isin. Nek bisnisman isin soale nama baiknya akan tercemar haha..
hahaha.. gak masalah, aku yo kerep keno masalah goro-goro ngotot seniman π
sepertinya sing curhat gak isin tu kamu thok dan beberapa orang saja deh… bukan seniman atas nama semuanya… hahahaha
hahaha… π
hehehe …
he he he mas Ndop masih njomblo ya… gpp. itu akibat re-aksi aja ha ha ha org produktip.
saya suka pembahasan ini. aku ya bingung masuk yg mana, soalanya jarang banget berkarya.
hehe.. santai aja mas, gak ada kok yang benar-benar 100% ekstrim kiri atau kanan
Memang keduanya berbeda karena modalnya juga lain, yang satu pakai otak kiri dan yang lain pakai otak kanan. Akan tetapi sebenarny keduanya juga saling membutuhkan untuk kesempurnaan hidupnya. Nggak bisa kita kerja dengan otak kiri saja, demikian juga sebaliknya. Keseimbangan harus dijaga supaya mendapatkan kebahagiaan dan ketenteraman. Salam mas..blognya elegant banget…sejuk..
yeah.. setuju mas.. bagaimanapun, entah disadari atau gak, sebenernya dua tipe itu saling membutuhkan. Makasih dah mampir.. salam kenal ^^
Iya antara aku dan kamu ada diahhh..!
Tega benar kau madu akuh…
*grobyak*
Oh ternyata sampean berdua…
dan jujur saja, aku kurang setuju sama poin-poin yang membedakan antara seniman dan bisnisman π
Jadi gini, menurut aku, pemahaman kedua bidang itu memang sebenarnya tergantung dari cara pandang masing-masing dan tidak ada aturan baku yang membedakan.
Terlepas dari semua itu, artikel di atas sangat seru. Seru untuk dikomentari π Dan aku sangat suka sama orang-orang kritis dalam masalah-masalah seperti ini laku dibahas apalagi di blog π
Salam Hangat Penuh Semangat,
S Adi Firmansyah
Hehe.. makasih mas.. ^^ salam hangat penuh semangat juga.. yeeah! π
Aku sih ambil jalan tengahnya saja, biar sama-sama jalan dan sama-sama enak biar gak ada kecemburuan sosial antara otak kiri sama otak kanan hehe.
Mantaaap.. ^^
Ulasan yang menarik. Kalau sekilas di compare, aku kadang di kanan, kadang di kiri. Satu sisi, karena alasan kebutuhan – kadang otak bisnis yang jalan. Tapi kadang secara naluriah, feel seniman yang keluar. Gimana dong kalau ada di antara keduanya?
Bisa dibaca pada paragraf awal dan paragraf-paragraf terakhir π
yang di tabel sebelah kanan kok kesehariane aku semua yak… ekekeke
sealiran… π
yang poin “Cinta itu” emang bisnisman gitu ya?masa sih?wkwk
Gaj tau.. π biasanya kalo orangnya terlalu ‘logis’ ya memang gitu. Bahagia atau gak itu urusan belakangan π
sip
Ini nih.yg bikin aku keluar dr sipil dan milih seni…emg sebnrnya watak seniman jrg bisa dtebak..ada aura tersendiri..
pokoknya sukses selalu seniman indonesia..
Ada yg kuliah di isi jogja gak ?nyari temenn π
Ya yang terbaik harus seimbang mas.
Salam hangat dari saya.
Semoga sukses mas berada di dua2 nya
Aku pun juga belajar seniman juga belajar bisnisman. Iya memang kadang2 aku mengandalkan otak kanan yang penting kreatif tapi kalo udah kepepet juga bisa pakai yang bisnisman. Bingung kadang, tapi alhamdulillah semuanya jadi berjalan. Meskipun dengan kerja ekstra benturan sana sini kalo masalah ide dengan teman-temannya.
Untuk pandangan seorang remaja seperti saya, bisnis ataupun seni sama sekali tidak bisa saya tinggalkan. Saya sekolah di sekolah menengah kejuruan bisnis, namun bakat seni rupa, sastra, dan musik tidak bisa hilang dari diri saya. Jadi, menurut saya bisnis dan seni bagaikan jiwa dan raga saya.