Lahir di Solo, pernah 8 tahun tinggal di Bali. Pensiunan abadi sekaligus Web Programmer & owner di Gravis Web Design, juragan CeritaInspirasi.net, PEPeku.com, IlmuPengetahuan.org, Akun.biz, Travelindonesia.org, dan puluhan web lainnya. iOS & Android apps developer, PHP & jQuery engineer, UI designer, tukang foto keliling, hobi maen drum & kibor, internet marketer & SEO master (katanya), writer & editor buku, servis TV & radio, benerin genteng, gali sumur, tukang pijet, serta beberapa side job gak penting lain. Biasanya naik sepeda gayung atau malah jalan kaki. Hobi keliling Indonesia, bongkar-pasang komputer, penikmat seni, suka hal-hal baru, absolutely free-man, dan yang penting suka sambel dan masakan Jawa.
Seorang lelaki, secangkir kopi, dan lamunan sore hari
Setiap sore, aku biasanya duduk di teras rumah. Secangkir kopi nescafe biasanya juga ada di kursi. Dulu ketika di Bali, saat waktu sudah mendekati jam lima, aku sesegera mungkin nyengklak motor dan kabur menuju pantai.
Kurang tahu apa sebabnya, aku hanya suka melihat matahari tenggelam.. sangat cantik. Perlahan-lahan lingkaran kuning itu masuk ke dalam bumi, biasanya diiringi dengan semburat warna-warna oranye dan kemerahan di sisi-sisinya.
Seperti sedang membawa ingatanku kembali dari masa kecil hingga sekarang, seperti sedang berbicara mengenai ketidakabadian yang selalu ada di sisi kanan dan kiriku.. dan di depanku. Semua pasti berakhir.. yah semua pasti berakhir. “Akhir” akan selalu datang jika sudah waktunya, bukan untuk berhenti, hanya berputar dan kembali ke siklus selanjutnya.
Batinku biasanya mengalir deras seiiring tenggelamnya surya itu, seperti berbicara kepada sahabat yang akan segera meninggalkanku, tetapi akan kembali mengunjungiku besok pagi.
Ada sebuah rahasia yang dia simpan, sebuah rahasia kecil tentang siklus hidup lelaki kecil ini. Yah, hanya senja yang tahu, hanya senja yang bisa memahami.
Kini, setelah balik n menetap di Solo?? 🙂
hihi… mlayu ke kali Bengawan 😀
Saya selalu mengira, senja di Bali pasti lebih indah dari tempat lainnya.Tapi itu menyiksa diri namanya, karena saya pecinta senja dan tak tinggal bahkan belum pernah ke Bali. 😀
Sekarang,dimanapun saya menemukan senja,saya melihat ia tetap indah saja.Ya, mungkin memang hanya senja yg memahami.
setuju 😀
jadi kopi temannya senja yah? kalo aku, kopi temannya hujan… jadi musim hujan, musim minum kopi #eh :p
Gak boleh minum kopi banyak-banyak.. -_-“
Ih.. puitisnyuaaaa….. anyar maneh rek blognyuaaa 😀
Hehe.. matur nuwun udah mampir 😀
Gak baru kok, cuma domainnya aja yg baru
kalau aku lebih suka menerawang fajar menyingsing dari pada di senja hari mas.
Beda haluan berarti 😀